Kamis, 24 Februari 2011

HURA DAN FOTA oleh MIRAS GROUP

HURA DAN FOYA merukapan judul dari sebuah karya sastra drama anak SMA PGRI 04 Gandrungmangu yang sekaligus merupakan materi Ujian Sekolah. Karya ini tersusun dengan melalui proses yang cukup lama sehingga kami (MIRAS Group) dapat dengan maksimal menyelesaikan dari satu persatu materi yang diajukan untuk pembuatan sebuah karya sastra yang berkualitas. Dalam berbagi file ini penulis berikan secara gratis seluruh isi dari karya kami untuk diketahui oleh publik. Dan perlu diketahui bahwa karya kami telah selesai melalui proses (sudah disahkan oleh guru pembimbing dan kepala sekolah) dan dari kami tim penyusun tidak mengizinkan, apabila terdapat penambahan atau pengurangan kata dalam karya sastra ini. Berikut adalah link download file kami. download di sini. Dan berikut adalah cuplikan dari sinopsis kami : 











HURA DAN FOYA

Ketika kita mengingat akan semua tabir semu yang menyelubungi bahtera nan molek ini, akan tetapi penuh  noda akibat ulah kita sendiri, dan semenjak itu muncul pula beribu pertanyaan yang mungkin hanya terjawab oleh pribadi kita sendiri. Dan sungguh membingungkan tatkala kita mendengar celoteh dari kalangan muda yang mengedepankan kalimat hura dan foya. Mungkin dalam batin kita berkelumit “Kesenangan yang seperti apa yang mereka cari, sampai kapan, untuk apa, merugikah, dan yang penting sadarkah mereka ?”. Bukan kata hura-hura dan foya-foya yang berlebihan dan mengancam mereka, bukan semangat angkat botol demi kesenangan, bukan pulang malam demi kesetiakawanan, bukan karena destroy pelekat persahabatan, bukan bersulang whisky demi penghilang kehausan, bukan harga diri sebagai mainan dan bukan semua kata yang berhubungan dengan hura dan foya yang menyesatkan.  Karena itu bukan harapan bagi mereka yang menginginkan kebahagiaan hakiki. Namun mengingat hal itu siapakah yang patut disalahkan, orang tua, teman, lingkungan, ataukah diri mereka sendiri ? atau kesalahan itu sendiri yang mereka buat. Sekiranya kita patut berkaca pada pepatah Jawa “Sopo nandur mongko bakale ngunduh”. Adanya perbuatan yang memprihatinkan dikalangan pemuda, pasti karena kelalaian bahkan ketidakmautahuan yang tua terhadap apa yang dilakukan para pemuda di luar sana, kurangnya kontrol, kasih sayang, bahkan terlalu dimanja oleh yang tua, mungkin hal itulah yang mengakibatkan para pemuda angkat hura dan foya.
Seorang pemuda yang dari kecil tidak pernah mengenyam pergaulan luar, tak pernah menyentuh angin malam, dunia botol, meja kartu, lampu remang, dan barang terlarang apalagi perempuan, lelaki cupu itu sebut saja Riko, Riko Andreas.  Putra dari seorang pengusaha yang sukses, semua kebutuhannya selalu terpenuhi, semua yang diminta selalu tersedia. Akan tetapi di sisi lain Riko mengalami depresi sangat luar biasa karena kurungan, tekanan, dan sindiran dari teman sebayanya, yang beranggapan bahwa dia idiot, cupu, kuper dan lain sebagainya. Terlebih ketika orang tuanya sering bertengkar  gara-gara mereka terlalu sibuk dengan dunia mereka sendiri. Beban mental yang Riko derita akhirnya membuat Riko nekat untuk melanggar semua yang tidak diperbolehkan orang tuanya. Minum-minuman memabukkan, bermain judi, tawuran, pulang malam, bergaya kumuh, jorok, dan bermain perempuan bersama kawan yang senasib dan menginginkan kebebasan. Yang  semua ini pernah juga dilakukan oleh ayah  Riko semasa mudanya.
Hari demi hari Riko lalui dengan berteman barang yang diharamkan. Ketika Riko sedang meneguk minuman terlarang, Vabelo datang menegur dan membuang minuman tersebut, dan mengucap janji agar Riko  tidak mengulangi perbuatan tercela itu lagi. Perjanjian itu akhirnya disepakati dan dilaksanakan oleh Riko. Lama nian fikiran Riko bisa mengalihkan segala perbuatan yang tercela itu sedikit demi sedikit, semua itu berkat Vabelo yang mampu menenangkan fikiran Riko.
 Di kelas  Riko, Vabelo ada murid  baru sebut saja Daima, yang   menarik perhatian Riko dan Vabelo, beberapa bulan  kemudian mereka  menyatakan rasa itu, namun Daima memilih Vabelo, karena dilihat dari latar belakang dan sisi kelamnya. Sebulan lamanya hubungan itu berakhir dengan alasan akan Ulangan Semester yang mengakibatkan Vabelo   frustasi berlebihan, dia meminum-minuman keras di tempat biasa dia berkumpul. Riko  pun tak tinggal diam, melihat temannya rusak sendirian, akan tetapi tindakan Riko  kurang benar, yaitu dengan ikut Vabelo meminum-minuman keras, bukannya melarang sebagaimana Vabelo menegur dan berjanji  ketika Riko   mabuk-mabukan, yang akhrinya mereka menjadi aliran sesat, dan rusaklah mereka berdua.
Tahun ajaran sekolah kini berganti, seiring dengan itu hadirlah Fila di kelasnya, perempuan yang cantik, molek, kaya, putih, perfect bagi lelaki yang memandang dari sisi miringnya. Karena pesonanya Vabelo dan Riko ingin bertaruhan, siapa yang lebih dahulu bisa mendapatkan Fila,  dan bahan taruhannya adalah destroy, sebanyak 1 pak, mereka pun sepakat. Ketika Riko membeli barang itu, ternyata Fila sebagai pelayannya, manjadikan sebuah rahasia bagi Riko terhadap Vabelo, dan menjadikan Riko minder serta putus harapan, meskipun Riko seorang pemabuk berat pun tak ingin memiliki seorang yang senasib dengan dia.  Dan tanpa syarat  akhirnya Riko mengalah, dan mempersilahkan Vabelo gila bersama Fila. Namun dugaan itu meleset, karena Fila telah jenuh mengarungi kehidupan hitamnya dan membutuhkan lawan jenis yang bisa merubah arah hidupnya, dialah Vabelo. Dan mereka berdua pun sadar bahwa ini adalah kehidupan hitam mereka. Tinggallah Riko bingung harus mengajak siapakah yang dapat  menemani dunia kelamnya. Adalah Nugy teman sebangku SMPnya yang kini menjadi pedagang koran keliling di lampu merah. Nugy bercerita kehidupan yang terasa sulit,  melelahkan, dan pahitnya kepada Riko yang menjadikan Riko memelas kepadanya dan menjadikan sadar betapa penting dan sulitnya kehidupan ini, dan tak pantas disia-siakan demi kata hura dan foya.
 Pencerahan itu kian mulai terlihat pada  kesehariannya. Santun,  rajin sholat, belajar dan hal yang baik. Namun orang tuanya belum menyadari akan perubahan pada anaknya. Orang tuanya tetap seperti yang dulu, hingga pada tengah malam terjadi pertengkaran yang hebat antara orang tuanya. Riko merasa lelah dengan keadaan keluarganya, tercurah pada secarik kertas yang mengungkapan isi hatinya dengan menyanding destroy kesukaannya pada waktu kelamnya, hingga terulanglah kejadian nekat Riko. Hal itu dilakukan olehnya di dalam kamar. Hingga keesokan pagi ketika sarapan sudah tertata, namun Riko belum juga keluar dari kamarnya. Dengan nada lembut Ibu memanggilnya, dua tiga kali belum ada jawaban hingga Ibu pun menghampiri kamarnya. Terkejutlah Ibu melihat kejadian pagi itu. Riko telah terbujur kaku, mulut berbusa akibat over docis barang terlarang yang dikonsumsi semalam. Ibu panik, menjerit melihat keadaan ini.   Ayahnya yang sedang asyik menikmati sarapan pun terkejut mendengar jeritan Ibu dan segera menuju ke kamar Riko, secara reflek Ayah pun menjerit melihat apa yang terjadi pagi itu.
Setelah kejadian dan membaca secarik kertas itu, orang tua Riko baru menyadari bahwa harta bukan prioritas utama dalam keluarga namun kebersamaan, perhatian, berbagi dan memberi  kasih sayang adalah pintu kebahagiaan sebuah keluarga.